KUANTAN SINGINGI,WARNARIAU.CCOM - Sejumlah petani karet di Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Provinsi Riau, mengeluhkan harga komoditas karet yang tak kunjung membaik sejak pertengahan tahun lalu.
"Karet ditingkat petani sekarang hanya dihargai Rp5.000 per kilogram. Harga ini tidak sebanding dengan kebutuhan sehari-hari para petani, bahkan lebih murah dibandingkan harga beras yang sudah tiga kali lipat harganya," kata seorang petani karet, Agus (45) di Kecamatan Hulu Kuantan, Selasa, (30/08/2016).
Menurut Agus, harga karet yang tidak kunjung naik membuat sebagian besar petani karet di daerah itu makin sengsara. Sebabnya, harga barang kebutuhan pokok lainnya semakin naik sehingga membuat petani mulai frustasi.
"Semakin hari hidup para petani karet semakin sengsara," katanya.
Anjloknya harga karet tidak hanya terasa oleh para petani saja akan tetapi Sejumlah pedagang di Pasar Tradisional di Kuantan Singingi (Kunsing) . mengatakan pendapatan mereka menurun drastis dalam beberapa bulan terakhir ini.
"Sepi pembeli sekarang mas. Kalau bisa kembali modal saja sudah syukur," kata salah satu pedagang yang ditemui. Pedagang lain juga mengakui hal yang sama.
Menurut mereka, jika harga karet dan sawit tinggi, setiap Sabtu dan Minggu banyak masyarakat dari desa yang turun ke pasar untuk berbelanja.
"Tapi sudah beberapa bulan ini sepi pembeli rasanya," ujarnya.
Hal yang sama juga dirasakan Ida, masyarakat Kecamatan Kuantan Mudik. Merosotnya harga karet hingga hanya Rp5.000 ribu per kg membuat ekonomi masyarakat di Kuansing lesu. Salah seorang pedagang di Lubuk Jambi, Kecamatan Kuantan Mudik, Ida mengaku rukonya sepi pembeli sejak harga karet turun.
Dia mengaku biasanya jika harga karet tinggi, masyarakat setiap harinya memborong barang. Namun sejak harga karet merosot, omzet dagangan yang ia dapatkan pun menurun drastis.
"Sepi pembeli sekarang mas. Cari untuk makan pun susah,"keluh Ida.
Hal yang sama diungkapkan oleh petani karet di Hulu Kuantan, Jamri. Dia mengatakan harga karet saat ini berkisar Rp 5000 .
"Sementara yang berada di desa-desa pedalaman dan jauh dari akses jalan harganya kemungkinan hampir sama, dan mungkin juga lebih murah," ungkapnya.
Jamri mengaku sangat kecewa dengan Pemkab kuansing yang selalu membiarkan petani kesusahan saat harga karet turun. Dia meminta Pemkab Kuansing punya kebijakan khusus untuk membantu para petani jika harga karet dan turun.
"Pemkab Kuansing selalu tidak bisa berbuat apa-apa dengan mekanisme pasar sehingga perlindungan terhadap para petani tidak ada sama sekali," nilainya.
Salah seorang warga Logas Ocu Siwil mengaktan mengenai pabrik karet yang berada di desa Logas sudah masuk Dua minggu sudah tidak beroperasi.
"Ya, pabrik di desa logas la masuak minggu ke 3 ma dak bajalan, dan kami selaku pemilik rumah makan maraso terpuruk dengan kondisi kini go, kodai nasi kami la lobia saminggu dak bukak, karono sepi pamboli, biasonyo kariawan Pabrik karet go yang mamboli," Tutur Siwil dengan logat logasnya dengan muka sedih.***(Liputan Pedri)
Komentar Anda :