DELHI, WARNARIAU.COM - Setelah tinggal sebentar di kamp pengungsi Bangladesh, seorang pengungsi Rohingya, Nezamudden, melakukan perjalanan darat ke Delhi pada 2013 untuk mencari tempat yang lebih aman. Namun, lima tahun kemudian, dia menemukan keamanan di India ternyata semakin rapuh dari sebelumnya.

"Kami sangat takut dengan deportasi kami," katanya kepada CNN.

Ia mengaku kian sering mendapatkan perlakuan diskriminasi setiap hari dari tuan tanah dan tetangganya di Delhi. Rencana pemerintah India yang ingin mendeportasi warga Rohingya, bahkan turut memperburuk keadaan.

"Mereka mengatakan, 'Muslim adalah teroris. Anda melawan pemerintah Anda sendiri. Anda orang jahat.' Mereka mengatakan ini setiap hari," ungkap Nezamudden.

Pemerintah India mengatakan saat ini ada sekitar 40 ribu warga Rohingya yang berada di India. Namun jumlah tersebut diperdebatkan oleh UNHCR yang mengumumkan pengungsi Rohingya di India hanya berjumlah 16.500 orang.

Panduan yang dikeluarkan oleh Kementerian Dalam Negeri India memungkinkan kantor imigrasi setempat untuk mengeluarkan visa jangka panjang bagi pengungsi, namun hanya berdasarkan kasus per kasus.

Pengacara yang mewakili Rohingya di India saat ini tengah mencoba untuk menantang rencana deportasi, dengan alasan Mahkamah Agung India telah menerima hukum internasional tentang pengungsi.

"Hukum internasional sering dimasukkan ke dalam keputusan Mahkamah Agung," kata Colin Gonsalves, seorang pengacara yang mewakili pengungsi Rohingya dalam sebuah petisi di Pengadilan Tinggi Jammu dan Kashmir.(republika)