www.warnariau.com
Firdaus Terima Penghargaan Pemimpin Visioner Indonesia
Selasa, 27/03/2018 - 13:57:38 WIB



TERKAIT:
   
 

JAKARTA, WARNARIAU.COM - Walikota Pekanbaru, Firdaus, yang sedang dalam masa cuti kampanye, hari ini mendapatkan penghargaan sebagai pemimpin visioner Indonesia. Acara yang bertajuk “Event the Power Collaboration” sebagai bentuk apresiasi kepada kepala daerah yang dinilai inovatif, berprestasi dan visioner.

Firdaus yang sedang cuti karena menjadi salah satu pasangan calon pada Pilgubri 2018 tampil sebagai pemenang pertama, disusul Walikota Padang (cuti), Mahyeldi Ansharullah, dan Bupati Karang Asem, I Gusti Ayu Mas Sumatri.

Penghargaan tersebut diberikan atas kerjasama program yang bertajuk “Visionary Leader” yang ditaja Dirjen Otda Kemendagri dan SINDO, dengan pengujian yang ketat oleh beberapa pakar seperti Gun Gun Heryanto dari The Political Literacy Institute, Andi Ilham Said, Ketua Institute for Corporate Directorship, dan Sumarsono Dirjen Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri.

Pada sesi pemaparan, Firdaus banyak bercerita mengenai konsepsi masyarakat madani yang ia terapkan di Pekanbaru. Secara singkat Firdaus mendefinisikan masyarakat Madani sebagai masyarakat yang mengambil nilai-nilai religi sesuai keyakinan agamanya masing-masing sebagai pijakan akhlak dan moral serta ditopang dengan kecerdasan intelektual. Menuju kesitu, Firdaus menyinggung Revolusi Mental dengan 3 dimensi, yakni dimensi akhlak, dimensi karakter dan dimensi kerja keras. Dengan istilahnya sendiri, Firdaus ingin mewujudkan Pekanbaru yang “smart goverment” dan “smart people.”

Menurutnya, ada 3 ukuran pemerintahan yang baik yakni pertama, memiliki aparatur yang cerdas, mempunyai budaya kerja yang cerdas atau yang sering ia sebut (trilogi) dan didukung masyarakat yang cerdas.

Namun dalam sesi pengujian, Dirjen Otda Sumarsono mewakili Pemerintahan ternyata mempersoalkan penggunaan istilah “masyarakat madani” oleh Walikota Pekanbaru tersebut. Menurutnya, Kepala Daerah merupakan bagian integral dari pemerintahan pusat. Istilah masyarakat madani menurutnya bisa mengundang polemik idiologis, karena garis besar cita-cita Indonesia menciptakan masyarakat yang Pancasilais dengan perwujudan masyarakat adil dan makmur.

Firdaus pun menanggapi pernyataan Sumarsono dengan mengatakan bahwa Sila pertama dari Pancasila merupakan dasar pijakan akhlak masyarakat madani. Menurut Firdaus, masyarakat madani tidak bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila.

“Perasan Pancasila ada pada program-program kerja Pemko Pekanbaru. Kita menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dengan program pemberdayaan ekonomi kerakyatan seperti bantuan modal usaha, pendidikan gratis serta beasiswa bagi keluarga miskin dan juga tentu saja jaminan kesehatan. Masyarakat cerdas dalam visi masyarakat madani merupakan pembentukan generasi yang berilmu dan berakhlak yang sudah dipersiapkan dari pra nikah, asupan gizi semasa bayi lalu pendidikannya, lingkungan keluarga, sekolah dan tentu saja lingkungan masyarakat yang akan membentuk karakter masyarakat baru yang madani, jadi tidak bertentangan dengan Pancasila dan Nawacita,” jelas Firdaus.

Dalam kesempatan itu juga, Firdaus menguraikan masalah utama bangsa Indonesia adalah kemiskinan cara berpikir. Sumber pendapatan utama bangsa Indonesia dipaparkan Firdaus justru dikuasai asing, tak heran jika dia menyebut pemerintahan kita tidak berdaulat atas kekayaan alam dan tidak mandiri dalam perekonomian, seperti yang ia singgung dalam kutipannya mengenai Trisakti Bung Karno.

“Masalah kita ada pada mindset yang belum merdeka. Pikiran kita masih dijajah. Ukurannya adalah Trisakti Bung Karno, yakni berdaulat secara politik, ya kita memang berdaulat, kedua mandiri dalam ekonomi, ini yang jadi masalah. Riau penyumbang 50 persen minyak nasional, siapa yang kuasai? Asing. Lalu industri perbankan juga 65 persen dikuasai asing, mineral dan batubara 70 persen dikuasai asing dan perkebunan, siapa yang kuasai? Asing juga,” ungkap Firdaus.

Menurut Firdaus, penjajahan ekonomi yang berwujud pada penguasaan sumber daya alam yang harusnya dikuasai negara tapi justru dikuasai asing diakibatkan karena mentalitas kita bukan mentalitas orang merdeka. Untuk itu sekali lagi dia membantah bahwa masyarakat madani yang ia sedang wujudkan tidak memiliki pertentangan dengan Pancasila.

“Sebaliknya masyarakat madani ini adalah langkah konkrit mewujudkan masyarakat yang Pancasilais, wujud konkrit memenangkan Pancasila dengan menciptakan, syaratnya terlebih dahulu, yakni generasi milenial yang berilmu dan berakhlak mulia. Siapa penyelenggaranya? ya kita umaro (Pemerintah,red), ya ulama atau orang berilmu dan tentu saja masyarakat (umat)," pungkasnya.(cakaplah)



 
Berita Lainnya :
  • Firdaus Terima Penghargaan Pemimpin Visioner Indonesia
  •  
    Komentar Anda :

     
    BERITA TERPOPULER
    1 Target PKS Kampar 2024: Menang Pileg, Kuasai Parlemen, Tamaruddin Bupati
    2 Empat Bupati dan Walikota Pekanbaru Tak Terlihat di Rakor Karhutla Riau
    3 Gubri Open House Idul Fitri hingga Tiga Hari, Seluruh Warga Diundang
    4 Catat! ASN Pemprov Riau harus Masuk Kerja Tanggal 10 Juni Siap-siap Disanksi
    5 Inilah Deretan Acara Pelantikan Gubernur dan Wagub Riau Besok Mulai di Jakarta hingga Pekanbaru
    6 ASN Pemprov Riau Wajib Masuk 10 Juni, yang Tambah Libur Dikenakan Sanksi
    7 Gubri Lepas 700 Santri ke Pesantren Al Fatah Magetan
    8 Aduh! Program Walikota Pekanbaru di Nilai Gagal
    9 Hore! Mulai 1 April Pengurusan e-KTP Bisa Dilakukan Diluar Domisili
    10 Panglima TNI: Kalau Mau Pakai Jilbab Pindah ke Aceh
    Follow:
    Pemprov Riau | Pemko Pekanbaru | Pemkab Siak | Pemkab Inhu | Pemkab Rohil | Pemkab Kampar
    Redaksi Disclaimer Pedoman Media Siber Tentang Kami Info Iklan
    © 2016 Warna Riau | Inspirasi Baru Berita Riau, All Rights Reserved