Kisah Mbah Harjo yang Diviralkan Sebagai Manusia Tertua di Dunia
Jumat, 05/01/2018 - 11:30:19 WIB
BLITAR, WARNARIAU.COM - Keberadaan Harjo Suwito atau Harjo Gentelot sebagai manusia tertua di dunia viral di medsos. Warga Desa Gadungan, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar ini, diperkirakan berusia hampir 200 tahun.
Menelusuri kebenaran cerita ini, detikcom akhirnya berkunjung di Padepokan Gunung Gedang yang berada di sisi timur lereng Gunung Kelud.
Mbah Harjo tinggal bersama seorang anaknya di gubuk bambu sangat sederhana. Ruangan berukuran 3 x 6 meter persegi ini berlantaikan tanah. Dindingnya dari bambu dan atapnya dari anyaman daun tebu. Walaupun berada di tengah ladang, namun rumah ini kerap didatangi tamu dari berbagai daerah.
Ketika masuk ruangan, tampak seorang pria tua, duduk bersila di atas dipan. Di belakangnya ada radio tua, sementara di depannya ada beberapa wadah berisi makanan dan kaleng bekas berisi tanah untuk menancapkan dupa.
Walaupun kabarnya berusia hampir dua abad, Mbah Harjo kelihatan sangat sehat. Pria sepuh ini mengaku sudah tidak mampu berjalan. Komunikasi kamipun lancar, walaupun dengan bahasa Jawa yang dikuasainya.
Ketika ditanya kapan lahirnya, pria yang mempunyai 6 istri ini mengaku tidak ingat tahun kelahirannya. Tetapi, Mbah Harjo mengetahui Gunung Kelud meletus sebanyak enam kali
Gunung Kelud diketahui meletus pada tahun 1901, 1918, lalu 1951. Selanjutnya meletus kembali pada tahun 1965, 1990 dan terakhir tahun 2014.
Kakek berwajah tirus ini juga mengaku, lebih tua dari Presiden Pertama RI, Bung Karno.
Mbah Harjo, Diviralkan Sebagai Manusia Tertua di Dunia Asal BlitarFoto: Erliana Riady
"Tuwek aku, aku lahir disik. Aku ora weruh Pak Karno lahir taon piro. Tapi aku tau ketemu (Lebih tua saya, saya lahir lebih dulu. Saya tidak tahu Pak Karno lahir tahun berapa, tapi saya pernah bertemu beliau)," kata Mbah Harjo saat ditemui di gubuknya, Jumat (5/1/2018).
Dengan bahasa Jawa halus, kakek yang dinilai "orang pintar" ini memang tidak mengetahui pasti kapan tahun kelahirannya. Dia hanya ingat cerita ibunya, kalau hari kelahirannya tepat Selasa Kliwon penanggalan Jawa.
"Zaman Jepang menangi aku, malah wes rabi (zaman Jepang menduduki Indonesia, saya alami. Bahkan saya sudah menikah)," terangnya dengan jelas.
Saat ini kelima istri Mbah Harjo sudah meninggal. Hanya istri terakhirnya yang setia mendampinginya, walaupun kondisinya sangat renta.
Sementara, berdasarkan catatan kependudukan di Kantor Desa Gadungan, Mbah Harjo lahir pada tanggal 1 Juli 1925. Namun sang kepala desa yakin, sesepuh desa itu lebih tua dari tahun kelahiran yang tercantum didatanya.
"Saya tidak yakin data itu benar. Saya justru yakin, Mbah Harjo lahir sebelum tahun 1900. Bisa jadi antara tahun 1880 atau 1890. Karena saat Kelud meletus tahun 1901, beliau sangat gamblang menceritakan situasi desa ini saat itu. Beliau sudah remaja," jelas Kepala Desa Gadungan, Widodo ditemui di kantornya.
Harjo diakui sebagai sesepuh dan panutan di desanya. Selama masa mudanya, Harjo dikenal punya keahlian menemukan beberapa candi dan situs bersejarah lain di sisi Utara wilayah Kabupaten Blitar ini.
Tak satupun yang mengetahui pasti umur lelaki ini, namun guratan keriput di wajah dan tangannya menunjukkan, betapa panjang perjalanan hidupnya di dunia. (detik)
Komentar Anda :