JAKARTA, WARNARIAU.COM - Penipuan berkedok agen travel umrah dan haji kembali terjadi. Ratusan orang tertipu dengan kerugian material mencapai belasan miliar.

Sekitar 20-an orang melaporkan suatu agen travel umrah dan haji di bilangan Cawang, Jakarta Timur ke Polda Metro Jaya.

"Yang kami laporkan yakni saudara E selaku direktur utama dari perusahaan tersebut. Total kerugian sampai sekarang yang ada di data kami jumlahnya sekitar Rp 14 miliar, itu dari sejumlah perwakilan daerah," jelas Andi Carson selaku kuasa hukum pelapor, kepada wartawan di Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polda Metro Jaya, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Rabu (5/10/2016).

Andi mengatakan, total jemaah yang dirugikan ada sekitar 300-an orang dari beberapa wilayah seperti Padang, Sumatera Barat; Pekanbaru, Riau dan Kalimantan. Namun, yang melaporkan baru perwakilan dari Pekanbaru, Riau yang diwakilkan kepada leadernya, Fitrah Nengsih.

Andi menambahkan, pihaknya melaporkan E lantaran tidak ada itikad baik untuk mengganti kerugian para jemaah. Bahkan, dugaan penipuan dan penggelapan itu terjadi sejak 2014.

"Dari tahun 2014 dijanjikan akan diberangkatkan, tetapi tahun 2015 tidak ada yang diberangkatkan, sampai 2016 pun tidak ada yang diberangkatkan," lanjut Andi.

"Sejak awal tidak ada itikad baik. Para korban hanya dijanjikan akan diganti rugi, tetapi sampai sekarang tidak ada sehingga klien kami menempuh jalur hukum," tambah Andi.

Sementara itu, Fitrah selaku leader perwakilan daerah Pekanbaru, Riau, mengatakan, ia menangani 112 jemaah dengan total kerugian sekitar Rp 2 miliar.

"Jemaah dijanjikan keberangkatan Desember ini tapi belum ada kepastian dari yang bersangkutan. Jemaah mohon bersabar, saya masih berjuang memperjuangkan hak jemaah," ungkap Fitrah.

Fitrah menjelaskan, terlapor menawarkan paket haji dan umrah dengan program cicilan dengan tenor 26 bulan hingga 56 bulan. Para calon jemaah tertarik lantaran terlapor menawarkan biaya perjalanan haji dan umrah dengan harga yang lebih miring.

"Lebih dimudahkan dari travel lain, karena ini program. Program itu misal program umrah 2 tahun itu hanya membayar Rp 19 juta tapi 2016 ini bisa berangkat 2 orang, suami-istri. Terus nanti kalau hajinya kita ambil paket Rp 90 juta nanti kita bisa berangkat 2 orang di tahun 2016," papar Fitrah.

Tetapi, lanjut Fitrah, para calon jemaah haji maupun umrah tidak kunjung diberangkatkan hingga waktu yang ditentukan. Bahkan beberapa di antaranya, paspornya ditahan travel tersebut.

"Sebagian besar jemaah dari 2014 tidak ada yang berangkat, 2015 juga tidak berangkat, sampai sekarang pun belum ada kepastian. Bahkan ada yang paspornya tertahan di sana, kan kasihan tidak bisa ke mana-mana," ungkapnya.

Calon jemaah yang tidak diberangkatkan ini bukan hanya dari Pekanbaru, tetapi juga ada dari beberapa wilayah lain.

"Saya pegang 112 jemaah yang terdaftar. Leader lain ada yang Rp 5 M, Rp 12 M bermacam-macam, bervariasi. Yang hari ini yang sudah terkumpul Rp 17 M dari bermacam-macam daerah," ungkapnya.

Fitrah menambahkan, sejauh ini tidak ada itikad baik dari terlapor untuk mengembalikan dana para calon jemaah. Ia masih berharap agar uang para calon jemaah dikembalikan secepatnya.

"Kalau itikad baik kita tidak tahu karena di Desember ini baru mau diberangkatkan. Tapi kita enggak tahu diberangkatkan atau tidak karena Desember kan 2 bulan lagi. Jadi Daripada tidak ada kepastian mendingan kita minta uang kita dikembalikan," lanjutnya.

Untuk itu, Fitrah melaporkan terlapor ke Polda Metro Jaya. Tetapi, ia tidak menutup kemungkinan untuk mencabut laporannya apabila terlapor mengembalikan uang para jemaah.

"Ya mungkin itu bisa jadi kami musyawarahkan dengan leader lain unuk mencabut laporan kami. Tetapi sampai saat ini kan tidak ada itikad baik, makanya kami ambil langkah hukum. Kasihan kan jemaah kami tidak jelas," sambungnya.

Diberi Cek Kosong

Sementara itu, leader lainnya, Syafri Nasdi mengatakan, sekitar 15 orang agen perwakilan dari beberapa daerah sempat mendatangi kantor terlapor di bilangan MT Haryono, Cawang, Jakarta Timur untuk menyelesaikan secara kekeluargaan.

"Sudah minta (dikembalikan), dijanjikan mau dikembalikan dari tahun 2014, 2015 sampai 2016 ternyata bodong semua. Dikasih cek bodong," ujar Syafri.

Bahkan, menurutnya, salah seorang agen bernama Ainun diberikan surat pernyataan pengembalian dana yang diduga palsu. Terlapor bahkan mencantumkan logo Tafakul pada kop surat pernyataan tersebut.

"Diberikan surat perjanjian bodong. Bahkan mencatut nama Takaful," imbuh Syafri.

Setelah pertemuan itu, ternyata janji terlapor tidak terjadi. Para agen kembali mendatangi kantor travel, namun sudah tidak ada aktivitas di sana.

"Kantornya ada, tapi orangnya tidak ada," pungkas Syafri.

Atas hal ini, Syafri mewakili agen lain lantas melaporkan terlapor ke SPKT Polda Metro Jaya. Dalam laporan resmi bernomor LP/4809/X/2016/PMJ/Dit.Reskrimum, Syafri melaporkan terlapor dengan dugaan Pasal 378 KUHP dan 372 KUHP tentang penipuan dan penggelapan.



source : detik.com