RI-Malaysia Kerja Sama Lawan Kampanye Hitam Sawit
Jumat, 05/02/2021 - 13:19:53 WIB
JAKARTA, WARNARIAU.COM -- Pemerintah Indonesia dan Malaysia sepakat untuk melanjutkan kerja sama melawan kampanye hitam sawit yang dilakukan oleh Uni Eropa. Kerja sama itu dibahas saat kunjungan Perdana Menteri (PM) Malaysia Muhyiddin Yassin ke Indonesia pada hari ini, Jumat (5/2).
Dalam kesempatan itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan perlawanan terhadap kampanye hitam sawit akan lebih optimal jika dilakukan bersama oleh kedua negara. Seperti diketahui, Indonesia dan Malaysia merupakan penghasil utama sawit di dunia.
"Indonesia akan terus berjuang untuk melawan diskriminasi terhadap sawit dan perjuangan tersebut akan lebih optimal jika dilakukan bersama, dan Indonesia mengharapkan komitmen yang sama dengan Malaysia mengenai isu sawit ini," terang Jokowi saat konferensi pers Penyambutan Resmi PM Malaysia.
Muhyiddin menyambut baik kerja sama tersebut. Ia menerangkan Malaysia telah mengajukan gugatan terhadap Uni Eropa kepada Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) pada 15 Januari lalu.
Langkah ini menyusul tindakan serupa yang dilakukan Indonesia pada Desember 2019 lalu. Gugatan diajukan terhadap kebijakan Renewable Energy Directive (RED) II dan Delegated Regulation yang dikeluarkan Eropa yang dinilai mendiskriminasikan sawit.
"Campaign anti sawit ini tidak berdasar dan tidak gambarkan kelestarian industri sawit dunia, serta mencanggah (bertentangan) komitmen WTO mengenai amalan perdagangan bebas," ucapnya.
Muhyiddin mengatakan perlawanan terhadap diskriminasi sawit ini bertujuan untuk memastikan kesejahteraan petani sawit yang hidupnya bergantung dari komoditas tersebut.
"Ini untuk memastikan kita dapat melindungi industri sawit terutama menyelamatkan berjuta-juta pekebun kecil yang bergantung hidup sepenuhnya pada industri sawit di Malaysia dan Indonesia," tuturnya.
Sebelumnya, Indonesia bersama dengan Malaysia dan Kolumbia yang tergabung dalam Dewan Negara-negara Produsen Minyak Sawit (Council of Palm Oil Producing Countries/CPOPC) sepakat mengirim misi bersama untuk menentang pemberlakuan kebijakan RED II pada 2019 lalu.
Minyak sawit sendiri memiliki peranan penting bagi ekspor Indonesia. Gabungan Pengusaha Sawit Indonesia (Gapki) mencatat volume ekspor produk minyak sawit tercatat sebesar 34 juta ton pada 2020 lalu. Jumlah itu turun 9,09 persen dibandingkan 2019 sebanyak 37,4 juta ton.
Namun, nilai ekspor produk minyak sawit bertambah 13,65 persen dari US$20,21 miliar menjadi US$22,97 miliar.
Gapki mengatakan kenaikan nilai ekspor itu ikut menyumbang pada kinerja neraca perdagangan Indonesia sepanjang 2020 lalu yang tercatat surplus US$21,27 miliar.(CNN Indonesia)
Komentar Anda :