Pilkada merupakan momen terciptanya tatanan masyarakat baru yang penuh keadilan.
" />
www.warnariau.com
16:24 WIB - Jambore PKK Tingkat Kota Pekanbaru Tahun 2024 Bakal Berlangsung Meriah | 14:21 WIB - Ketua DWP Pekanbaru Ajak Pengurus dan Anggota Jaga Kekompakan | 14:19 WIB - Gangguan Jaringan, Disdukcapil Pekanbaru Belum Bisa Cetak Dokumen | 11:02 WIB - Kondisi JPO di Sudirman Pekanbaru Memprihatinkan, Bahayakan Pejalan Kaki | 08:57 WIB - DLHK Pekanbaru Intensifkan Penegakan Jam Buang Sampah | 16:08 WIB - Drainase Jalan Arifin Ahmad Dikeruk, Muflihun : Banyak Sampah Penyebab Banjir
Kamis, 25 April 2024 | Jam Digital
Follow:
 
Membangun Pilkada Yang Bermatabat
Sabtu, 12/11/2016 - 18:31:35 WIB

Opini Kepala Bidang Humas Informasi dan Dokumentasi HIPPEMARKI, Rudi Saputra



KAMPAR,WARNARIAU.COM
- Pilkada merupakan momen terciptanya tatanan masyarakat baru yang penuh keadilan. Artinya, masyarakat berpikir matang untuk memilih calon pemimpin dan panutannya kelak. Dengan demikian, masyarakat diharapkan mampu mencurahkan segala daya dan usaha guna memilih calon terbaik. Hal ini bertujuan mempertahankan kedaulatan daerah yang telah ada sejak dahulu.

Lebih lanjut, pilkada adalah sebuah kekuatan yang dapat meningkatkan harkat hidup manusia, sehingga manusia dapat berperilaku atau menjalankan misi profetik di muka bumi. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah: bagaimana membangun pilkada bermartabat?

Visi dan Misi

Sistem demokrasi mengajarkan kepada kita untuk saling menghargai sebuah kemenangan dan kekalahan. Tidak ada kemenangan diperoleh oleh dua pasangan calon. Tentunya, kemenangan hanya dimiliki oleh pasangan calon yang memiliki visi dan misi yang memihak dan benar dibutuhkan oleh masyarakat. Visi-misi yang baik adalah yang mampu mengakomodasi seluruh kepentingan dalam masyarakat.

Ia tidak memihak, atau berat sebelah, terhadap golongan atau kelompok tertentu. Ketika hal itu benar terjadi, maka kehidupan di dalam masyarakat akan tenang damai dan sejahtera.

Sebaliknya jika pilkada dimenangkan oleh pasangan yang belum memiliki visi dan misi yang dapat mengakomodasi seluruh kepentingan warganya, maka jalannya pemerintahan akan timpang dan penuh trik dan intrik guna memihak kepentingan sebagian golongan masyarakat.

Keadaan demikian tidak diinginkan oleh masyarakat. Kondisi yang demikian mungkin dipengaruhi oleh enggannya masyarakat untuk mencari tahu visi dan misi calon yang ada. Mereka hanya manut atau taqlid kepada apa kata tim sukses. Kondisi ini mungkin diperparah oleh merebaknya money politics dalam kampanye pilkada. Dengan uang yang tidak terlalu besar jumlahnya, masyarakat telah menggadaikan hak suara dan kedaulatanya kepada pemimpin yang kurang baik.

Transformasi Sosial Pemilihan pemimpin daerah melalui pilkada, setidaknya harus dapat mencerminkan upaya peningkatan kualitas hidup masyarakat dengan transformasi social. Prof Dr

Kuntowijoyo adalah budayawan, sastrawan, dan sejarawan menawarkan tiga misi profetik manusia di bumi, yaitu humanisasi, liberasi dan transendensi. Pilkada serentak tahun 2017 ini harus mempunyai nilai-nilai luhur. Dalam pelaksanaan pilkada, humanisasi adalah manifestasi dari menghargai pendapat dan perbedaan masyarakat dalam memilih calonnya.

Menghormati juga berarti tidak memaksakan kehendak untuk memilih pasangan calon dan tidak mengerdilkan fungsi dan peran masyarakat dalam pilkada.

Jatuhnya pilihan terhadap pasangan calon A, misalnya, adalah hasil ijtihad atau jerih payah seseorang dalam ikut serta membangun daerah melalui pilkada. Humanisasi dalam pilkada juga berarti tidak melakukan black campain (menyudutkan pasangan lain).

Menyerang calon dengan berbagai isu, termasuk suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) menjadi penanda matinya humanisasi. Masyarakat harus tersadarkan atas pilihan mereka. Bukan atas bujuk rayu atau hasutan dari orang lain.

Liberasi adalah berupaya membebaskan manusia dari kungkungan atau ketertindasan tersistem. Artinya, ketika calon kepada daerah tidak memiliki visi dan misi yang mampu mengakomodir seluruh kepentingan masyarakat dan cenderung membela sebagai kelompok atau golongan yang lain, berarti ia telah membuat sistem yang

buruk dan mengarah kepada penindasan (tiran). Berupaya agar masyarakat hidup dalam keadaan yang lebih baik adalah misi kenabian atau profetik yang wajib dijalannya oleh seseorang pemimpin. Sedangkan transendensi adalah manifestasi atau bentuk ibadah umat manusia kepada

Tuhan. Artinya, seluruh upaya yang dilakukan dalam pelaksanaan pilkada adalah bentuk pengabdian diri kepada Tuhan sebagai

ibadah yang akan diganjar kebaikan. Pilihan merupakan potret dari kehidupan masyarakat. Saat rakyat baik, maka pemimpinnya pun baik. Sebaliknya, saat pemimpin buruk, hal itu merupakan cermin dari laku masyarakat.

Semoga pilkada serentak, 15 Februari 2017 mampu melahirkan pemimpin penuh teladan. Sehingga, masyarakat dapat beraktualisasi dengan baik dan mengembangkan potensi yang dimiliki.






























 
POJOK OPINI
KEJUJURAN HUKUM (AnW GROUP)
Membalik Logika! Oleh: Adlin S.Hut, Pemerhati Kebijakan Lingkungan
Opini Pilkada: "Antara Perspektif Anarkisme Dan Keadilan Sosial"
Membangun Pilkada Yang Bermatabat
Waspadai "Perampokan Suara" dalam Pilkada
Musibah Yang Di Alami Masyarakat Lipat Kain Jelang Lebaran
 
Follow:
Pemprov Riau | Pemko Pekanbaru | Pemkab Siak | Pemkab Inhu | Pemkab Rohil | Pemkab Kampar
Redaksi Disclaimer Pedoman Media Siber Tentang Kami Info Iklan
© 2016 Warna Riau | Inspirasi Baru Berita Riau, All Rights Reserved